Wednesday, July 29, 2015

Hijab, Tapi Kok ...

Source. www.dustandrust.com
Hari ini karena Nidar sakit, aku terpaksa mengantarkan sendiri kue ke beberapa langganan. Di salah satu warung kopi aku melihat hal yang membuatku meringis. Tak jauh dari meja tempat kue, seorang pemuda sibuk dengan tabletnya. Dari tempatku berdiri, aku bisa melihat jelas apa yang dilakukannya. 

Dengan santai membuka dan melihat foto dari sosial media. Dan semuanya foto gadis muda, berjilbab, tapi cantik mempesona. Jarakku hanya sekitar satu langkah dari pemuda itu, jadi jelas. Bukan hanya melihat tapi juga menyimpan beberapa foto.

Sesampainya di rumah, aku jadi berpikir mengenai apa yang kulihat tadi. Perempuannya sudah berhijab, tapi masih juga menjadi 'santapan mata' laki-laki. Siapa yang salah? Keduanya salah. 

Sebagai perempuan, aku lebih tertarik melihat ke arah perempuannya. Dia sudah berhijab. Tapi apakah benar itu sudah berhijab? Jilbab yang melilit-lilit dengan warna mencolok mata, dandanan dan gaya yang menarik perhatian.

Bagiku itu bukan berhijab. Hanya beganti model busana. Kalau dulu modelnya terbuka, sekarang ditutupi. Jilbabnya lebar menjuntai, okelah jubahnya memang tak mencetak bentuk tubuh, namun tetap saja dengan cara tersendiri menarik minat laki-laki, menarik hati dan memikat pandangan laki-laki.

Bukan itu seharusnya yang dibilang menutupi diri dan menjaga dari pandangan laki-laki.

Apalagi banyak sekali sekarang pakaian muslimah hanya memenuhi soal lebarnya, saja. Tapi malah terlihat lebih seksi karena jatuh mencetak tubuh. Seperti kemarin kulihat dalam arisan dirumah tetangga. Aku dan beberapa yang berjubah lebar dengan bahan tebal dan jilbab polos tanpa melintir mutar sana sini, mendadak menjadi bagian nyak-nyak yang sudah berusia senior. Karena model pakaiannya sama.

Yang ibu-ibu muda ataupun merasa muda mengenakan pakaian sejenis. Lebar, tapi hanya butuh sedikit hembusan angin, dan langsung lekuk-lekuk tubuh terpampang jelas. Bukankah ini menampakkan 'perhiasan' mereka. Bukan soal emas perak, tapi tubuh kita kaum perempuan adalah perhiasan, tubuh kita adalah harta kita. Ingatanku terbawa kembali pada pengajian-pengajian lalu.

Jangan Tabarruj, kata ustadzah Rita. Tabarruj, perilaku perempuan yang menampakkan perhiasan dan kecantikannya serta segala sesuatu yang mestinya ditutup karena hal itu dapat menggoda kaum lelaki.

Perintah berhijab itu kan untuk menjaga perempuan, perintah untuk menutupi perhiasan perempuan. Jadi tidak masuk akal bila jilbab/hijab yang berfungsi untuk menutup perhiasan perempuan malah menjadi pakaian untuk berhias seperti sekarang ini.

Katanya untuk menjaga kehormatan. Tapi ketika foto-foto cantik bertebaran di sosmed. Kebayang nggak sih. Yang ditutupi sesuai perintah agama, yang sekarang sering dibilang fanatik, atau malah dianggap gaya keluarga teroris, seperti kemarin itu ada kasus lomba busana, yang dilabeli berbusana mirip istri teroris. Begitu tertutup, tapi orang masih bisa berpikir jorok, apalagi kalau sengaja disebar, dicantikkan, dibuat menarik perhatian dengan sengaja.

Bukan sekali dua kita dengar, foto muslimah yang dicabuli dengan menggunakan teknik komputer, direkayasa. Lalu kita marah dan mencela pelakunya. Kita lupa, kitalah para muslimah yang menyediakan bahan baku fotonya.

Baru kemarin aku membaca di akun w.a punya tetanggaku. Ditunjukkan dengan tergelak. Tapi bagiku, itu adalah hal ironis.

Seorang laki-laki sedang duduk di cafe, lalu temannya datang. Dan mendadak berkomentar. "Istrimu ternyata mirip Kajol ya."
Si laki-laki memandang temannya dengan bingung. Temannya menjelaskan lagi. "Baru kuperhatikan, setelah dilihat, dipandangi dengan jelas, istrimu ternyata mirip Kajol. Sampai ke bentuk bibirnya, lho."
"Lho, kamu kok perhatikan istriku? Kapan kamu lihat dia lekat-lekat begitu"
"Aku tidak lihat dia langsung kok. Cuma perhatikan fotonya." Temannya menunjukka foto istri si laki-laki di hpnya. Tentu saja itu membuat si laki-laki marah.
"Kamu kok simpan foto istriku. Hapus." Ujarnya marah.
Temannya bengong lalu berkata pelan,"Kok saya yang disuruh hapus. Ini foto di akun facebook istri kamu. Bagaimana caranya saya yang hapus."

Source. marokouri.com
Foto diatas adalah foto para biarawati/suster dari sebuah gereja ortodok yunani. Aku bingung, dengan segala kondisi kita terus bicara menegakkan islam. Tapi kenapa rasanya semakin jauh dari Islam. Walaupun aku juga tahu umumnya orang kristen tidak menutup diri dengan pakaian seperti itu. Tapi rasanya melihat mereka begitu. kok lebih islami dari kita.

Seperti juga cerita beberapa teman tentang negara-negara jauh yang perilaku dan kebiasaannya malah lebih mendekati islami, dibanding negara kita yang agamanya mayoritas islam.

Agama mengikuti Gaya. Beginilah kalau kita bingung arti berhijab, dan malah menjadikannya sebagai bagian dari berhias. Katanya kita berhijab, tapi kok hijabnya malah dijadikan cara menarik perhatian laki-laki. Terlihat cantiklah untuk yang halal, bukan untuk konsumsi publik. Karena yang sudah terjadi, tak bisa diputar ulang lalu dihapus. Hidup kita bukan rekaman video yang bisa di edit. Dari pada menyesal nanti. | I.K

1 comment:

  1. nano titanium ionic straightening iron
    The stainless steel solid stainless steel core anchors oakley titanium glasses the razor hypoallergenic titanium earrings blade. In titanium dive knife addition to babyliss pro titanium the titanium trim as seen on tv iron core it is a special alloy for making blades of

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...