Tuesday, December 29, 2015

Janda


Menyakitkan bagiku. Untuk kesekian kalinya, aku harus mendengar omongan tak beradab. Laki-laki berstatus guru senior di satu SMA terkenal di kotaku, suami dari seorang perempuan yang masih cantik diusia 50an, dan ayah dari 6 putri.

Dengan tak malu, dia berbisik mengajak melakukan hal yg hanya dibolehkan bagi suami istri. Ajakan yang muncul hanya karena aku seorang janda. Gempar lorong kami saat nampan kue kulemparkan ke wajahnya.

Tuesday, December 22, 2015

Pertemuan Tak Disengaja

Source. Kompasiana.com
Kemana saja. Itu pertanyaan yang mengisi inbox. Dan jawabnya tak sulit. Tidak kemana-mana. Rumah, dapur, pasar, menjemput lelaki kecilku dari sekolah, lalu kembali lagi ke rumah.

Rutinitas harian yang begitu konstan. Tak ada ruang untuk hal lain, bahkan nyaris tak ada ruang untuk diri sendiri. Walaupun sebenaranya ada sih, tapi celah itu tidak besar dan terisi. Aku masih sangat mensyukuri ruang kecil itu, aku masih punya waktu untuk menikmati ibadahku. 

Tahajud sebelum memulai urusan dapur. Subuh setelah iqamah berkumandang, selalu ada tempat untuk shalat dan mengaji, bahkan aku masih bisa membaca selembar dua lembar buku, tapi begitu kecilnya celah itu, tak memungkinkan untk menulis, buka laptop, apalagi ke salon mengurusi diri secara khusus. Sosmed dan hingar bingarnya, bukan duniaku.

Pagi ini, berbeda.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...