source: self.com |
Bagaimana rasanya menulis kembali? Bagaimana rasanya kembali memiliki akun sosial media yg pernah kujauhi? Haruskah rasa kecewa karena karamnya multiply yang menenggelamkan puluhan tulisan itu kujadikan dosa turunan yang membuatku tak lagi menulis?
Bagaimana rasanya menulis kembali?
Ku katakan sejujurnya. Sangat menyenangkan. Sensasi yang merambati lengan hingga pikiran. Aku merindukannya. Membiarkan tulisanku berkelana seperti dulu. Menjangkau seberang samudera, atau bahkan pelosok dunia yang entah dimana.
Ada sedikit sesal, karena kehilangan mereka yang dulu bersama berbagi cerita dalam lama-laman digital dunia multiply. Kadang terbersit tanya. Apakah Karen masih menulis, Rosna di solo bagaimana kabarnya, Atau Iyah Badriah dari Trengganu, masihkan dia berkeras dipanggil sengan sebutan Icha. Ninong masih jadi TKI di Hongkong atau sudah balik kampung ke Salatiga.
Penyesalan. Datangnya selalu belakangan. Hanya bisa direnungi, tak bisa diubah. Tapi sudahlah. Usiaku baru 26 tahun. Meskipun terasa seperti puluhan tahun lamanya, aku baru 'tidak' menulis selama dua tahun.
Masih banyak kesempatan untuk membangun kembali dunia kata ini. | I.K
Gaya menulis Dara Keumala mengingatkan aku pada seseorang
ReplyDeleteSiapa itu kak Fardelyn? Seorang penulis mungkin. Tersebab sering membaca mungkin jadi tertiru. Maafkan utk hal memalukan begini. Lama tidak menulis jadi masih mencari-cari jejak masa lalu kak.
ReplyDeleteTernyata eqie juga ya? aku pikir aku saja yang merasa dejavu.
ReplyDeleteTulisan Isna agak mirip dengan seorang teman yang kami kenal :)
Well yang penting tetap semangat menulis ya Isna. Yuk, goBlog.
Teruslah menulis. Tulisan yang bermanfaat dan membuat para pembaca itu ikut berbuat apa yang kita ajak rasanya sangat senang kita.
ReplyDeleteAku bukan penulis, tapi aku bangga jadi komentator karena salah satu kelebihan indonesia terletaknya pada profesi ini. coba liat dunia olah raga Timnas kita sering kalah namun tidak berlaku bagi komentator indonesia, benerkan......ha ha ha
ReplyDelete