Wednesday, February 3, 2016

Menetapkan Hati


Pagi ini, setelah lama menunda-nunda. Juga takut kerana tinggal tanpa kerabat. Kepindahanku kembali ke komplek, ke rumah yang dulu ku tempati bersama mereka yg kini telah tiada, juga mempengaruhi. Dikuatkan oleh yang lain, dan tahu aku tak lagi sendiri. Keputusan besar itu kutetapkan.

Dan tersenyum ketika ibu angkatku menyambut di depan pintu, "Barakallah, aneuk meutuah."

Butuh waktu untuk menetapkan hati pada keputusan ini. Meskipun sejak lama aku sudah memimpikannya. Berulang kali aku diam-diam mencoba mengenakan pakaian istimewa yang kusiapkan khusus itu. Berdiri di depan kaca lalu kembali menyimpannya dalam lemari. 

Berpikir entah kapan aku berani mengambil jawaban. Berani menetapkan hati, pada cinta yang mulai bersemi indah. Aku seperti anak gadis yang dilanda cinta pertama. Tak sabar dan gemetar mengharapkan hari itu tiba.

Aku tahu ibu angkatku, Ummi akan sangat gembira menyambutku di hari istimewa itu. Aku juga tahu ummi akan membisikkan agar aku menjalani keputusan itu lengkap dengan suka dukanya, aku tahu kami akan saling menguatkan.

Tapi berbulan-bulan lamanya, pakaian istimewa yang kusiapkan untuk hari istimewa itu tersimpan rapi dalam lemari. Aku sempat berpikir bahwa akhirnya pakaian itu akan berujung sebagai hadiah untuk orang lain, atau malah busuk dan hancur dalam lemari.

Dan tiba-tiba, seorang yang tidak ku kenal, menetapkan hatiku. Menguatkan untuk mengambil keputusan besar yang kudamba sepenuh jiwa. Jikalau ada yg ingin ku ucapi terima kasih maka kakak itulah diantaranya. Tidak kenal, tapi teguran dan tamparannya menguatkan hati, untuk mengambil keputusan. Demi kebaikanku, orang yg tdk dikenalnya. Mengingatkanku bahwa aku semestinya kuat, untuk diriku, bukan untuk orang lain.

Dengan menyebut namaMu, wahai pemilik jiwa dan hati. Yang mencurahkan keimanan, dan kerinduan untuk dicintaMu. Yang menerimaku dengan segala aku apa adanya. Kutetapkan hati ini, menjawab dan menerima permohonan jiwa yang mendamba ketenangan.

Aku tersenyum menatap pantulanku di kaca. Pakaian istimewa yang kusiapkan, kini kukenakan. Untuk hari ini. Hari yang kutunggu-tunggu. Hari istimewa ini.


Hari ketika aku memutuskan untuk menjadi muslimah seperti inginku. Seperti yang kurindu, tapi terlalu takut ku gapai. Menyempurnakan hijabku. Bukan soal wajib atau tidak, karenanya jangan perdebatkan. Aku menginginkannya, karena aku ingin. Bukan untuk dia, atau mereka. Kalaupun ada, itu untukNya.

Aku masih jauh dari baik. Ilmu agamaku masih terbatas. Tapi ini langkah baik, awalan baik. Semoga menuju akhir yang lebih baik. | I.K

9 comments:

  1. Waiyyaki Kakak Mira yang baik hati. Doakan Mala ya.

    ReplyDelete
  2. Barakallah kak Mala... Doakan kami ya kak bisa seperti kakak :)

    ReplyDelete
  3. Nah ini, berani menjadi diri sendiri. Tahniah, bravo, uhhuy.
    Ditunggu tulisan-tulisannya yang jujur menampar tapi juga indah.

    ReplyDelete
  4. Barakallah. Semoga allah juga senantiasa menjaga hatimu untuk delalu istiqamah. Salam kenal dari saya.

    ReplyDelete
  5. Barakallah. Semoga allah juga senantiasa menjaga hatimu untuk delalu istiqamah. Salam kenal dari saya.

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...